Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Tuyul Politik


Menjelang pemilu, penyedotan dana untuk kampanye semakin menggila. Banyak trik yang dilakukan untuk menggelembungkan pundi-pundi partai. Selain melalui sumbangan kader yang ada di parlemen dan sumbangan sukarela lainnya, mayoritas disedot dari proyek/tender/program di kementerian yang dipegang orang partai tertentu. Ini belum lagi yang berasal dari mekanisme makelar anggaran dan makelar cagub/cawat/cabup yang butuh rekomendasi pimpinan pusat partai. Belum dihitung pula yang berasal dari money laundering!

Tapi yang paling lazim memang melalui jalur korupsi. Berpegang pada pengakuan sejumlah saksi, tersangka, terdakwa, maupun terpidana, jelas bahwa pengumpulan uang korupsi itu didorong untuk memenuhi kebutuhan partai: dana operasional dan dana kampanye. Memang tak semua uang haram itu masuk ke partai; sebagian pasti masuk kantong pribadi.

Rochimin Damhuri, Menteri Kelautan dan Perikanan pada zaman Megawati, saat disidang, mengaku memberi dana kepada 6 partai politik (Partai Golkar, PDIP, PPP, PAN, PKB, dan PKS) sebesar Rp 885 juta. Silakan cek ke laporan keuangan partai atau laporan dana kampanye Pemilu 2004, tidak tercatat satu pun sumbangan dari Rochmin Damhuri. Belum lagi pengakuan Nazaruddin yang menggelontorkan dana untuk kongres Partai Demokrat. Ini belum termasuk menghitung dana siluman buat kampanye pencalonan seseorang dalam pencalonan ketua partai dari level elit hingga daerah. Hitung pula biaya belanja kampanye setiap caleg maupun partai! Byuh byuuuuuuh, Duwiiiit, duwiiit!

Partai Golkar melaporkan, belanja kampanyenya sebesar Rp 142,9 miliar, padahal belanja di media cetak dan televisi saja habis Rp 277,3 miliar. Dengan demikian terdapat selisih Rp 134,4 miliar. Itulah dana yang tidak dilaporkan, alias digelapkan, yang juga dilakukan partai lain: PKS (Rp 38,4 miliar), Parta Hanura (Rp 25,6 miliar), PAN (Rp 53,2 miliar). PDIP (Rp 95,6 miliar), dan PPP (Rp 36,7). Goblok bin dungu bin pandir kalau kita mempercayai laporan di atas! Sama bodohnya mempercayai hingar bingar kampanye PD pada Pemilu 2009 yang dalam laporannya hanya menghabiskan dana Rp 234,6 miliar.
Dana sekian dihamburkan untuk ajang badut-badut politik. Alangkah elegannya jika dana sekian banyak dipakai program riil mewujudkan kemaslahatan rakyat. Langsung saja bikin Rumah Sakit Partai A, Puskemas Partai B, Taman Baca Masyarakat milik Partai C, atau apapun yang bersentuhan dengan kemaslahatan masyarakat. Alangkah sayangnya jika uang dengan nominal menggiurkan ini dipakai hura-hura.
----
Celeng(an), babi ngepet, atau tuyul politik inilah yang membuat kita menjadi homo festivus, manusia yang menikmati festival, pesta, gegap gempita, seremoni, parade, atau apapun namanya.

Benar kata KH. Mustofa Bisri, Kalau Anda ingin tahu dari mana orang memperoleh kekayaannya, lihatlah untuk apa dia membelanjakannya!
Bubarkan ParTAI!
---

Posted by Penerbit imtiyaz,http://imtiyaz-publisher.blogspot.com/ Penerbit Buku Buku Islam

Post a Comment for "Tuyul Politik"