Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Mercy & Barokah

Dalam Musyawarah Nasional NU, 1992, di Bandar Lampung, saat rehat, Gus Dur ditemani oleh Gus Mus, Arifin Junaidi, dan Masdar Farid Mas'udi duduk santai. Para wartawan mengepungnya dan memberondong Gus Dur dengan banyak pertanyaan, di antaranya mengenai Pemilu yang bakal berlangsung beberapa bulan mendatang.

Tiba-tiba Gus Dur menunjuk ke arah ruangan Munas, kepada para kiai yang sedang berkerumun. Ada yang berpakaian khas ulama "tradisional", ada pula yang memakai kostum modern berupa jas dan dasi. Gus Dur berkata, "Melihat para ulama tradisional dan modern begitu, saya teringat humor. Ada pengusaha muda, memiliki mobil mewah Mercy baru. Agar segalanya lancar, pengusaha yang pernah aktif di kelompok remaja masjid itu ingin meminta berkah kepada para ulama. Datanglah ia ke seorang ulama tradisional terkenal, menerangkan maksudnya agar Mercy-nya diberkahi.

"Mercy?" tanya kiai itu terbengong-bengong, "apa itu Mercy?" lanjutnya.

Karena tidak nyambung, ia datang ke seorang ustadz modern yang sedang ngetop.
"Pak ustadz," kata pengusaha itu, "saya punya Mercy baru ingin diberkahi."

"Berkah?" ustadz itu terbengong-bengong, "apa itu berkah?"
---
Saya olah dengan sedikit modifikasi dari sumbernya: H. Usep Romli dalam buku "Gus Dur Bertahta di Sanubari" (Wahid Institute, 2010)

 Posted by Penerbit imtiyaz,http://imtiyaz-publisher.blogspot.com/Penerbit Buku Buku Islam

Post a Comment for "Mercy & Barokah"