Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

HARAPAN PASCA DIRUMUSKANNYA KONSEP "ISLAM NUSANTARA


💈💈HARAPAN PASCA DIRUMUSKANNYA KONSEP "ISLAM NUSANTARA"💈💈
Penuntasan sisa materi Muktamar NU Jombang tentang Islam Nusantara - yang akhirnya jadi polemik- dimulai dari Pertemuan Sidogiri, yang hemat penulis ada benang merah dg pertemuan para ulama di PBNU yang membahas "Pemantapan Konsep Islam Rohmatan Lil'alamin" yang kemudian di familierkan dg istilah "Islam Nusantara", yang kemudian dilanjutkan dg forum pematangan, koreksi dan perumusannya di UNM Malang tgl 13-14 Februari 2016 kemarin.

Saat ini harapan besar warga al- Nahdliyin adalah bagaimana para pengurus NU yang sudah menerima amanat harus mulai berkhidmah riel dlm kehidupan bermasyarakat. Sebab terlalu "Kecil" untuk Organisasi NU yang begitu besar, bila terus menyibukkan diri mengurusi hal-hal se-Kecil itu.
Banyak PR yang harus dikerjakan segera, mulai masalah kesehatan, ekonomi, pendidikan, tekhnologi dan lain-lain. Sebab dalam pertemuan tersebut sudah melibatkan fihak-fihak yang saat ini "saling serang", dan alhamdulillah semuanya sudah saling menyadari bahwa selama ini yang terjadi adalah "hanya salah faham", perbedaan istilah, dan ada "orang ke tiga ke empat dst" yang sengaja membenturkanya.
Ada beberapa catatan dan harapan terkait hasil pertemuan-pertemuan tersebut:

1. Islam Nusantara adalah Islam ala Ahlissunah Wal Jamaah al-Nahdliyah sebagai implementasi dari Islam Rohmatan Lil'alamin.

2. Sebutan "Islam Nusantara" diharapkan Muslim Indonesia lebih punya jiwa cinta Tanah Air dan NKRI, Jiwa cinta budaya Nusantara, asal tidak bertentangan dengan nilai-nilai Islam.

3. NU harus terus menperjuangkan dan mempertahankan metode dakwah Walisongo, yakni dakwah dengan santun menanamkan nilai-nilai Islam dg tetap mempertahankan budaya lokal yg sesuai atau bisa disesuaikan dg syariat Islam. Jangan sampai "Islamisasi" berubah menjadi "Arabisasi" dg memaksakan budaya arab diikuti Muslim Nusantara.

4. Perlunya ada gerakan meluruskan, merubah budaya/adat istiadat orang islam yg masih bertentangan dg ajaran islam. Seperti sesaji di tempat keramat, Tiban (adu cambuk dg seikat lidi) untuk minta hujan, dll.
Demikian pula harus dilarang budaya baru yg jauh dr nilai2 Islam seperti perayaan Valentin day, sex bebas, Komunitas GLBT (Gay, Lesbian, Biseksual dan Transgender), dll.

5. Kepada fihak2 yang "khuruj" dan memecah belah NU agar dg "legowo" kembali bersama- bersama berkhidmah dan membesarkan NU

6. Pengurus NU dan pen-Dakwah hendaknya tidak "anti kritik". Sebab kritik adalah bagian dr pengeja-wentahan dr nilai "wa tawa shoubil haq" dan "ud'u ila sabili robbika bilhikmah wal mau'idhotil hasanah". Namun demikian harus di jaga metode dan cara yang baik untuk menyampaikan. Misal kalo ada isu, tabayyun/klarifikasi dulu biar tdk terjadi fitnah apalagi langsung lewat media. Dan sebaiknya kritik itu disampaikan langsung dg cara memanggil atau menemuinya.

7. Pengurus NU, dan semua tokoh masyarakat apalagi sudah berkelas nasional/internasional harus menjaga dan mengontrol ucapan dan tindakan yang berpotensi menjadi Prokontra dan polemik di tengah masyarakat.

8. Pentingnya peningkatan pemahaman ASWAJA yang benar pada para Kyai Masjid dan Musholla, sebab beliau2lah yg bersentuhan langsung dg warga Nahdliyin lewat rutinan Yasinan, Al Barzanji, Sholawatan, Thoriqohan dll. Sehingga tidak gampang disusupi ajaran2 radikalisme, Wahabi, Syiah dan Ajaran2 sesat yang lain semisal Gafatar, Darmogandul dan semacamnya.

9. Semoga NU semakin memberi manfaat bagi Bangsa dan Negara dalam mengawal NKRI.Zahro Wardiro Wardiardi, PP Darussalam Sumberingin, Trenggalek. Ket PC LBM Trenggalek. Komisi Fatwa DPC MUI Trenggalek, 14/02/2016)

Posted by Penerbit imtiyaz,http://imtiyaz-publisher.blogspot.com/ Penerbit Buku Buku Islam

Post a Comment for "HARAPAN PASCA DIRUMUSKANNYA KONSEP "ISLAM NUSANTARA"