Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Berita Rancu Social Media

Di era media sosial kayak sekarang, semua orang bisa menjadi penyampai berita dan pengolah isu secara independen. Via sms, WA, fesbuk, twitter, instagram, dan media lainnya. Tabayyun nomor kesekian, yang penting bisa menshare sebuah berita, mengkopipaste sebuah isu, maupun mengkloning sebuah fitnah. Mungkin karena ingin diakui eksis medsos, tercepat dalam mendengar berita, maupun jaminan status sebagai penyampai kabar independen yang membuat sebuah kabar bergulir cepat.

Bahkan isu lawas yang saya jumpai sejak MI, yakni mengenai peringatan dari juru kunci makam Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam soal akhir zaman, maka diperintahkan membaca ini-itu sekian kali, diminta lagi menyebarkan kabar ini ke minimal 10 nomor hape dengan ancaman bakal mendapatkan azab manakala mengabaikan peringatan "penting" tersebut. Sejujurnya hal ini telah saya jumpai saat MI dulu. Bedanya kabar gaib via mimpi dari juru kunci makam Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam ini dulu berbentuk SELEMBAR KERTAS fotokopian dengan ancaman celaka bagi siapapun yang enggan memfotokopi dan menyebarkan kertas tersebut. Jika anda pernah membaca selebaran begitu, beberapa tahun silam, berarti masa kecil kita sama. Hahahahaha...

Lucunya lagi, ternyata "kabar gaib" dari jurukunci makam Rasulullah yang bernama Syekh..... (nggak ingat lagi namanya) ini sudah menjadi modus sejak tahun 1920-an! Saat itu bentuknya semacam pamflet yang disebar secara acak baik ditempel maupun disebar dari tangan ke tangan. Wow, ini berarti ada semacam reproduksi isu yang terus dibikin, entah dengan tujuan apa. Kabar yang nggak jelas validitasnya ini lalu direproduksi beberapa periode berikutnya setelah kabar awal muncul, dan saya menjumpainya di ruangan kelas saya saat kelas 3 MI dulu. Mungkin awalnya memang benar, tapi karena sudah berbeda ruang dan waktu, maka kabar ini menjadi basi dan ada orang iseng yang mereproduksinya lagi, entah dengan tujuan apa.

Nah, kini via WA dan fesbuk orang bisa bebas menjadi perawi tunggal tanpa kroscek kebenarannya. Di fesbuk, saya pernah menjumpai sahabat yang dengan atraktif menshare ulang kabar yang dia terima via WA: bahwa di sebelah desanya ditemukan anak kecil yang diculik lalu dimutilasi. Saya membaca kabar ini miris, tapi lebih semriwing lagi melihat komentar di bawahnya yang mengiyakan kabar mengerikan ini dengan bumbu kebohongannya: sang komentator melihat betul jenazah anak yang dimutilasi ini. Lalu keduanya adu kebohongan berikut bumbu-bumbunya biar sedap. Saya nyerobot obrolan, "Mas, kalau benar kabar mengerikan ini, kok tidak ada di tv dan koran? Mustahil sebuah peristiwa mengerikan yang luput dari pantauan berita."
"Kalau nggak percaya ya sudah."
"Saya minta nama desanya dong, saya mau kesitu, boleh? Soalnya ada yang janggal. Saya terima kabar yang njenengan share ini dari beberapa broadcast yang anehnya nama desa tempat kejadian dan kabupatennya berbeda. Ini kan aneh...."
Bagaimana reaksi kedua orang ini? Memblokir saya. Dah!
Dan terbukti ini kabar hoax yang tersebar entah dengan motif apa.

Saya sangat rewel menerima informasi dan kabar berita. Sebab, dulu dengan emosional pernah saya share kabar apabila Saudi Arabia bakal memindah makam Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Tapi akhirnya saya tahu ini kabar kibulan. Oleh karena itu, setelah kejadian ini, saya minum ramuan Tong Fang....eh, maaf, setelah kejadian itu saya berusaha benar-benar memastikan validitasnya sebelum mengabarkannya, apalagi via sms/wa/fesbuk. Dulu pernah saya tulis di status, kalau saya terima info, bisa 2-3 kali saya kroscek, namun kalau ada simpatisan maupun kader PKS memberi kabar maupun share berita, saya bisa LIMA sampai TUJUH kali kroscek dengan komparasi berita berikut melacak riwayat perawi. Mengapa? Karena saking seringnya mereka nyebar kabar bohong dan nyerempet vietkong, eh fitnah.

Setiap berita rentan diselewengkan, setiap isu juga rawan ditunggangi, dan setiap niat baik juga rawan dibelokkan. Pada hari-hari ini, tensi politik naik, jaga tensi darah dan cek kolesterol, wahai sahabat Kiswinar yang super. Lebih penting lagi, tetaplah jernih memandang persoalan dan cermat melihat akar permasalahan yang terjadi di sekitar kita.

Sambas & Sampit rusuh, Ambon bergolak, Poso berdarah, antara lain, diawali dengan kabar dan isu yang tak jelas validitasnya lalu disebarluaskan dengan amarah dan tergesa-gesa. Akhirnya menang jadi arang kalah jadi abu. Tapi bukan Abu Bakar Baasyir, apalagi Abu Jibril.

Itu!Posted by Penerbit imtiyaz,http://imtiyaz-publisher.blogspot.com/ Penerbit Buku Buku Islam

Post a Comment for "Berita Rancu Social Media"