Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

video ini menjadi pelajaran untuk kita. Perempuan ini berdiri membela kaum Muslim, kaum yang tidak seiman dengan dirinya

Banyak kawan-kawan saya di Indonesia yang bergembira akan berkuasanya Donald J. Trump. Umumnya mereka senang bahwa Amerika dikuasai oleh orang kuat lagi. Namun banyak yang tidak sadar bahwa kekuasaan Trump ini sangat berbahaya.
Video ini mempertontonkan sedikit dari efek berkuasanya Trump. Para bigot Kristen menjadi sangat berani melakukan provokasi terhadap minoritas, khususnya terhadap Muslim. Bajingan dengan megaphone dalam video ini bebas menghina Nabi, menista denominasi Kristen lain (termasuk juga Katolik -- yang bersama dengan Mormon tidak dianggap Kristen!), dan melontarkan caci maki menghina Islam.
Inilah buah provokasi oleh Trump. Dia mengangkat sampah dan kotoran, seperti bajingan ber-megaphone ini, menjadi normal. Mereka yang dulu tidak bisa bersuara dalam masyarakat beradab sekarang ditinggikan dan diberikan kesempatan bersuara.
Tentu, Sodara masih ingat bagaimana beberapa politisi Indonesia dengan bangga bersalaman dengan Trump. Bahkan, Harry Tanoesoedibyo, yang punya ambisi menjadi presiden lewat Partai Perindo, datang ke inagurasi Trump dan pesta dansa malam harinya.
Yang lebih membuat saya sesak adalah politisi macam Fadli Zon, di tanah air yang kemudian mengklaim menjadi garda depan dalam membela Islam. Disisi lain, dia amat bangga mempertontonkan kedekatannya dengan Trump.
Ini baru permulaan. Para bigot dan bajingan seperti dalam video ini hanya baru mulai. Keadaan saat ini sungguh kontras dengan delapan tahun terakhir, dimana Presiden Obama berusaha menghormati kaum Muslim dan bahkan menolak memakai istilah 'terorisme Islam.'
Namun ada yang bisa dipelajari dalam video ini. Dia yang menantanng laki-laki bajingan ber-megaphone ini adalah seorang perempuan. Dari dialog terakhir terdengar sayup, kelompok si laki-laki bajingan ini bertanya pada perempuan tersebut, "So you are Catholic?"
Sodara, saya mengharap video ini menjadi pelajaran untuk kita. Perempuan ini berdiri membela kaum Muslim, kaum yang tidak seiman dengan dirinya. Saya sangat bisa paham akan hal ini. Dia berdiri membela kaum Muslim bukan karena soal iman. Ini adalah soal hak, soal keadaban manusia -- bahwa kaum Muslim punya hak hidup yang sama dan kehormatan yang sama dengan semua manusia lain.
Hari ini, saya juga melihat Gloria Steinem, seorang penulis, aktivis, dan Yahudi, berpidato dalam demo besar di Washington DC. Dia mengatakan, "Kalau Trump mengharuskan kaum Muslim untuk mendaftar (registered), maka kita semua akan mendaftar sebagai Muslim."
Disamping semua rasisme, kefanatikan, dan supremasi rasial yang ditonjolkan oleh Trump, saya melihat banyak sekali manusia yang waras. Orang-orang seperti ini rela berdiri disampiing mereka yang lemah dan dicelakakan. Mereka yang lemah dan dijadikan kambing hitam. Mereka mau menjadi benteng dan membela agar hak-hak kaum minoritas Muslim ini ini dihormati.
Sodara, keadaan di tanah air tidak jauh berbeda dari di Amerika saat ini. Para bigot bebas melakukan provokasi, intimidasi dan bahkan penyerangan terhadap mereka yang lemah dan minoritas.
Satu hal yang bisa kita pelajari adalah bahwa para bigot ini harus dihadapi. Jika Sodara -- yang mungkin memiliki keyakinan yang sama dengan para bigot itu -- tidak bertindak, maka para bigot ini akan menjadi besar. Para bigot ini sesungguhnya membajak agama yang damai. Jika Sodara tidak merebutnya kembali maka para bigot inilah yang akan menjadi pemenang. Jika Sodara diam, itu berarti Sodara setuju dengan para bigot ini.
(Made Supriatma)


-2:21
2,036,679 Views

ditulis oleh Rijal Mumazziq Z Posted by Penerbit imtiyaz,http://imtiyaz-publisher.blogspot.com/ Penerbit Buku Buku Islam.

Post a Comment for "video ini menjadi pelajaran untuk kita. Perempuan ini berdiri membela kaum Muslim, kaum yang tidak seiman dengan dirinya"