Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Asal Usul Isu Penculikan Anak

Isu penculikan anak memang mengerikan. Gosip ini menjadi viral di SMS, WA maupun BBM. Kabar yang meresahkan ini disebarkan secara massif dengan kalimat yang sama persis dan paragrap yang mirip, hanya diganti nama daerah saja dan jenis Polsek yang disebut dan disesuaikan dengan daerahnya. Sebagai orang Jember, saya menerima WA hoax ini apabila kejadian penculikan ada di Kaliwates, salah satu kecamatan di kota ini. Sebagai orang Ponorogo, istri saya menerima sms dengan kalimat sama persis, hanya daerahnya berganti Sumoroto. Sebagai pemukim yang tinggal di Surabaya, saya menerima informasi apabila penculikan terjadi di Tegalsari.

Saya yakin panjenengan juga menerima info yang sama, hanya daerah
nya sudah berganti. Dampak dari isu ini tak kalah mengerikan: masyarakat memukuli orang gila, bakul panci keliling, tukang listrik, dan pengemis. Mereka disangka penculik yang sedang menyaru dan mengintai anak-anak. Duh!

Sebagai orangtua, kita tidak ingin buah hati kita menjadi target kejahatan, apapun bentuknya. Tapi mempercayai sebuah isu lalu bertindak brutal, itu juga sebuah bentuk kepanikan yang tak kalah miris.
Dulu pernah adik kelas saya memposting isu penculikan anak lengkap dengan info mutilasi, yang menurutnya, terjadi di daerah Sidoarjo. Sahabatnya menanggapinya dengan komentar yang tak kalah seru, bahwa kejadian mutilasi ini juga ada di tetangga desanya. Keduanya terlibat percakapan seru, yang sebatas saya tahu, berbasis pada kebohongan yang mereka percayai dan mereka perbincangkan. Sama-sama berbohong agar terlihat paling update info. Saya mencoba masuk ke kolom komentar FB, lalu memintanya agar besok mengantarkan saya ke TKP, sebuah desa yang dia sebut barusan. "Tolong antarkan saya ke desa tersebut mas, karena saya akan menyantap daging hasil mutilasi tadi."
Saya diblokir! Wkwkwkwkw

Mengapa saya katakan bahwa perbincangan di atas berbasis pada kebohongan? Sebab di zaman ketika media membanjir sedemikian rupa, penculikan yang terjadi akan diliput media, lengkap dengan kronologi peristiwa dan KETERANGAN DARI APARAT KEPOLISIAN sebagai pihak yang berwenang menangani perkara kriminal. Apabila terjadi di sebuah daerah, tentu peristiwa kriminal akan diliput sedemikian rupa, khususnya di media-media mainstream. Jika di Sidoarjo, sebagaimana yang diperbincangkan sahabat saya di atas, tentu Jawa Pos, minimal Radar Sidoarjo dan kantor berita online berbasis lokalitas, akan memblow-upnya gede-gedean. Lha kalau hanya beredar via WA, apalagi disertai gambar dan video mutilasi (yang kalau tidak salah terjadi di penjara Brasil beberapa tahun silam), bisa dipastikan itu hoax.

Kita tidak ingin buah hati dan anggota keluarga kita menjadi korban kejahatan penculikan, tetapi mempercayai sebuah gosip mengerikan lalu menyebarkannya, itu bagian dari teror psikologi yang tak kalah menyedihkan.
ditulis oleh Rijal Mumazziq Z Posted by Penerbit imtiyaz,http://imtiyaz-publisher.blogspot.com/ Penerbit Buku Buku Islam. Oleh: Rijal Mumazziq Z (Ketua Lembaga Ta'lif wa Nasyr PCNU Kota Surabaya)

Post a Comment for "Asal Usul Isu Penculikan Anak"