Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Aaaaah. BIASA, ANAK MUDA!


Aaaah. Biasa. Anak Muda!
--++--
Sebelum peristiwa Gestapu, 1965, kontestasi ideologi berlangsung keras, bahkan brutal. Apalagi antara GP Ansor dengan Pemuda Rakyat. 
Di Wonokromo, Surabaya, tanah wakaf warga nahdliyyin pagi hari dipasangi bendera NU. Malam hari dicopot, diganti bendera Palu Arit. Aktivis Pemuda Rakyat dan BTI punya motto "Serobot dulu, urusan belakangan". 
Nggak mau kalah, aktivis GP Ansor juga punya motto galak, "Pukul dulu, urusan belakangan". Beberapa bentrokan juga terjadi antara Banser dengan para pendekar Pemuda Rakyat. Adu kesaktian. Tarung bebas.
Nah, menurut riwayat Mas Abd Rohim Ansor, dalam suasana panas begini, pihak kecamatan menyelenggarakan lomba gerak jalan. Semua organisasi ikut andil, termasuk Fatayat NU.
Di perjalanan, tiba-tiba regu Fatayat NU diganggu oleh anggota Pemuda Rakyat. Salah satu peserta dicium oleh aktivis underbow PKI tersebut. Marah? Tentu saja. Melawan? Nanti dulu.
Anggota Fatayat NU yang dilecehkan itu melapor kepada Banser yang langsung meneruskan laporan ini ke polisi.
"Aaaaah. BIASA, ANAK MUDA!" jawab polisi enteng. Laporan nggak digubris.
Banser diam. Balik kanan.
Beberapa hari berikutnya, anggota Banser ini melihat anggota Pemuda Rakyat sedang mabuk-mabukan di pinggir jalan. Melihatnya, si Banser menghampiri dan langsung menempelengnya. 
Keesokan harinya, dia diminta ke kantor polisi atas laporan penganiayaan. Kebetulan, polisi yang menginterogasinya adalah petugas yang menerima pengaduan pelecehan anggota Fatayat beberapa waktu sebelumnya.
"Apa benar kamu memukul Pemuda Rakyat?" tanya polisi.
"Aaaaah. BIASA. ANAK MUDA!" jawab si Banser  enteng. Menirukan jawaban si polisi yang hanya bisa nyengir.
----
Foto: anggota Barisan Ansor Serbaguna dari Hyderabad 🙂




Untuk Belajar Bahasa Arab Jangan Lupa Kunjungi https://hilyah.id

Post a Comment for "Aaaaah. BIASA, ANAK MUDA!"