Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Kiai Bisri Ketika menulis Tafsir al-Ibriz




Ketika menulis Tafsir al-Ibriz, selama kurun 1957-1960, Kiai Bisri senantiasa menjaga wudlu'-nya dan rutin berpuasa Senin-Kamis. Beliau merujuk pada kitab tafsir populer di kalangan Sunni: Tafsir Jalalain, Tafsir Al-Baidhawi, dan Tafsir al-Khazin. Termasuk pula Tafsir al-Qurthubi dan Tafsir Ar-Razi.
Bahasa yang digunakan bahasa Jawa awam, yang seringkali blak-blakan (blokosutho), menohok, dan terdengar lucu. Seperti ketika menafsirkan QS al-'Alaq, tatkala beliau mengomentari Abu Jahal, "...yen guneman angger mangap wae" (Jika berbicara semaunya sendiri),atau "...opo yen Kanjeng Nabi Shalat deweke mules wetenge?" (Apa jika Rasulullah shalat perut Abu Jahal sakit?"

atau ketika beliau mengomentari akhir hidupnya Ummu Jamil, istri Abu Lahab, dalam menafsirkan QS. Al-Lahab, "....weruh-weruh Ummu Jamil wus mati ketekek,  mestine kang nekek iyo malaikat. Sopo maneh?" (Tahu-tahu Ummu Jamil mati tercekik, yang melakukannya malaikat. Siapa lagi?" Ketika menafsirkan QS. Al-Fil, beliau mengomentari hancurnya pasukan gajah dengan kalimat unik, "Ajur mumur koyo telethong" (hancur lebur seperti tahi sapi)".

Penggunaan istilah yang khas masyarakat ini memudahkan kita dalam menyambungkan pemikiran Kiai Bisri kepada pendengar awam.

Dalam pengantarnya, Kiai Bisri menjelaskan motivasinya menulis tafsir ini:
“Al-Qur’an al-Karim sampun kathah ingkang dipun terjemah dening para ahli terjemah, wonten ingkang mawi bahasa Walandi, Inggris, Jerman Indonesia lan sanes-sanesipun, malah wonten ingkang mawi tembung daerah Jawa, Sunda lan sak panunggalanipun ugi sampun kathah. Kanthi tarjamah wau, umat Islam saking sedoyo bangsa lan suku-suku lajeng kathah ingkang saged mangertos ma’na tegesipun.”

(al-Qur’an al-Karim sudah banyak diterjemah oleh para ahli terjemah, ada yang dalam bahasa Belanda, Inggris, Jerman, Indonesia, dan lain-lain, malah ada yang menggunakanbahasa Jawa, Sunda, dan semacamnya, juga banyak. Dengan terjemahan tadi, umat Islam dari semua bangsa dan suku kemudian banyak yang bisa memahami makna al-Qur’an.)

Karena itu karakter penerjemahan dan penafsiran dengan bahasa Jawa pesisiran yang apa adanya ini berbeda dengan gaya Raden Kiai Prof. Muhammad Adnan (1889-1969), pendiri sekaligus Rektor pertama UIN Sunan Kalijaga. Karya putra Kiai Tafsir Anom V itu berjudul Tafsir Al-Qur'an Suci Basa Jawi yang ditulis menggunakan bahasa yang lebih halus (Kromo Inggil) konteks penulisannya saat itu memang di lingkungan Keraton Surakarta.
Wallahu A'lam Bishshawab.
***



Bagi yang berminat membeli Tafsir al-Ibriz:
Versi Jawa Pegon 3 Jilid: Rp 330.000
Versi Jawa Latin, ukuran besar, 1 jilid: Rp 230.000
Versi Jawa Latin disertai terjemahan bahasa Indonesia, ukuran besar, 1 Jilid: Rp 250.000
Silahkan hubungi nomor WA saya: 085-645-311-110
http://www.penerbitimtiyaz.com/


Post a Comment for "Kiai Bisri Ketika menulis Tafsir al-Ibriz"