Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

PPKM Level Maut

http://www.penerbitimtiyaz.com/
PPKM Level Maut

Oleh : Muhammad Kholil Rafi'i 

Jaman dulu ibu seringkali membacakan dongen tentang "si kancil" sebelum tidur. Judul demi judul, lembar demi lembar, dan kalimat demi kalimat yang dibaca oleh ibu aku dengarkan sampai tertidur lelap.

Entah tujuan ibu kerap kali membacakan dongen tentang kancil anak nakal yang lincah dan suka mencuri mentimun itu mempunya tujuan apa terhadapku. Yang pasti dongeng ketika kecil itu secara tidak langsung akan ditangkap oleh memori seorang anak dan secara perlahan akan membentuk pola berfikirnya juga.

Sepemahaman ibu, waktu itu memahami kancil sebagai seekor hewan yang berukuran kecil, cerdik nan lincah. Baik dalam bergumul dengan hewan lainnya maupun manakala menjalankan aksinya saat hendak mencuri buah mentimun tersebut.

Ya bisa saja ciri dan karakter yang demikian ingin beliau (ibu) tanamkan pada diriku. Supaya nanti dapat merangai secara cepat dan lincah setiap persoalan yang ada. Suka bermain dan bergaul dengan siapapun yang aku temui. Mungkin saja begitu!

Setelah menuju dewasa ini, aku begitu suka ber-ekspansi ke tempat-tempat bersejarah yang mempunyai sejuta cerita dengan keluhurannya. Nyaman manakala bertemu dengan orang baru, hal baru dan begitu menyukai tantangan kehidupan tanpa batas.

Sepertihalnya kali ini. Tepat pada hari Kamis, tanggal 12 Agustus 2021 aku berkeinginan untuk melakukan 'trip tour' ke makbaroh nya waliyullah di Jawa Timur. Diantaranya: Alm. Mbah Yai Jauhari Jawawi-Kencong, Habib Sholeh-Tanggul, Alm. Mbah Yai Hamid-Pasuruan, Pondok pesantren Sidogiri-Pasuruan, Sunan Bungkul Surabaya dan puncaknya di Sunan Ampel Surabaya. 

Hal tersebut aku lakukan guna untuk merayakan hari jadi ataupun kelahiranku yang bertepatan pada tanggal 13 Agustus 2021. Secara sederhana memang ingin berziarah, berdikari, selakigus bercengkrama dengan beberapa masyarakat diberbagai belakan kota dan kabupaten dengan berbagai profesi.

Nah, kemarin sore ketika aku berziarah ke makamnya sunan Bungkul ada sesuatu yang menarik dan begitu mempunyai nilai luhur dalam kehidupan. Pertama, saat masuk ke dalam pesarean Mbah Bungkul, aku bertemu dengan seorang perempuan cantik, berparas ayu rupawan, berkulit putih dan berdo'a di area makam. Akan tetapi cara berdo'a berbeda dengan yang aku lakukan seperti biasanya. Karena penasaran akhirnya akupun mendekatinya dan bertanya.

"Mbak. Mohon maaf sebelumnya. Apakah tadi sampean berdo'a saat di makam?"

"Iya, Mas. Kenapa?"

"Ndak papa. Kalau boleh tau apakah Mbah ini beragama Selian islam?"

"Oh. Iya,Mas. Saya non muslim!"

Kemudian, pasca mendapat jawaban dari mbak itu aku langsung menuju paskiran disebelah barat taman Bungkul Surabaya. Saat itu juga ada penjual kacang kodok dan kulupan pecer dikelakar jalan raya. Karena penasaran dan tertarik, akhirnya aku pesan 1 ikat kacang seharga 5.000, 1 pincuk kulupan pecel seharga 10.000 dan segelas kopi hitam sehatga 5.000. Ambil tikar dan duduk disamping penjual tersebut. Lagi-lagi aku penasaran dengan ibuk-ibuk penjual itu. Bertanyalah lagi

"Ibuk namanya siapa?"

"Jenengku Karni, Mas"

"Sampun dangu sadean teng ngriki?"

"Yowes suwe, Nak. Mulai jamane bapak jek sehat biyen"

"Lah sakniki seng jaler teng pundi, Mbah?"

"Wes ndonok umur mas. Aku manggon Dewe Nok umahm Ijen!"

"Nggih, Mbah. Trus Mbah e sampun umur pinten?"

"Mbah umur 80 Tahun"

"Trus ngriki niti nopo Mbah?"

"Numpak Lin, Mbayare 100.000 PP"

"Lumayan nggih. Sakniki kondisine sepi nopo rame Mbah"

"Sepi mas. Mulai onok Corona Karo PPKM iku, ahire akeh wong dodolan seng rugi, penghasilan e sitik, tur kangelan dodolan"

"Nggih sabar mawon Mbah. Kados njenegan nek mboten sadean nggeh sinten seng Bade Maringi Arto blonjo. Nah lek pulisi lan pemerintah tetap angsal gaji niku!"

"Laiyo kui,Nak. Was Jarno rapopo. Pokok awakku tetap diparingi seger waras"

"Nggih leres, Mbah!"

Dari dua pertemuan dan dua obrolan pendek itu aku tertegun malu. Mengapa demikian? Sebab, disekitar makam Mbah Bungkul ada cukup banyak pengunjung, tapi hanya berswa foto di taman. Tidak berdo'a ataupun sekedar mengaji di makam dan aku juga salut dengan semangat Mbah Karni yang mempunyai semangat begitu tinggi, walaupun usianya sudah sangat sepuh.

Poin: "Seberapapun harta benda dan jabatan dunia yang kita miliki tidak akan Bernah cukup bila tak disertai dengan rasa syukur"
---
Pahamilah semua ini hanyalah titipan tuhan yang bisa diambil kapan saja. Jadi tidak ada yang patut kita banggakan secara berlebih.
---
Surabaya, 13 Agustus 2021 
Ulang tahunku 🌹

Post a Comment for "PPKM Level Maut"