Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Pandangan Batin Ulama itu Melampaui Zaman

Pandangan Batin Ulama itu Melampaui Zaman

@ Rijal Mumazziq Z

Soal ulama dan orang soleh, jadi ingat cerita Kiai Hasyim Muzadi. Di tahun 1980-an awal, beliau diminta oleh gurunya mandeg sebagai anggota dewan. Kiai Hasyim taat. Jabatan anggota DPRD Kab. Malang beliau tinggalkan. Akhirnya beliau balik lagi sebagai aktivis GP Ansor. Keliling ke sana kemari untuk merintis dan mengembangkan GP Ansor di beberapa daerah. Kondisi ekonomi mulai morat marit. Berbagai usaha dicoba, tapi gagal. Anehnya, sang guru senantiasa datang jika ekonominya seret. Seolah tahu kondisi muridnya, guru Kiai Hasyim datang membawa beras, minyak, gula dan bahkan ngasih sangu.
Di awal 1990-an gurunya meminta Kiai Hasyim agar merintis pesantren. Kiai Hasyim bingung, karena merasa belum waktunya. Gurunya ngotot, bahkan menunjukkan lokasi tanah yang kelak akan didirikan Pesantren Mahasiswa al-Hikam. Takdzim, Kiai Hasyim mematuhi perintahnya dan di kemudian hari, kita tahu barakahnya: Kiai Hasyim bukan hanya menjadi pengasuh pesantren, melainkan juga Ketua PWNU Jatim bahkan menjadi Ketum PBNU dan masuk dalam jajaran tokoh berpengaruh di dunia Islam. Guru Kiai Hasyim itu adalah KH. Anwar Noer, pendiri PP. Annur Bululawang Malang.

Puluhan tahun sebelumnya, KH. Hasan Sepuh, Genggong, Probolinggo, dalam sebuah perjalanan melewati sebuah lahan. Kepada kusir dokarnya, beliau bilang, kelak di tanah ini bakal ada pesantren. Dan siapapun yang bertempat di tanah tersebut santrinya bakal melimpah. Kelak, di tanah yang dimaksudkan, KH. Zaini Mun'im merintis pesantren, dan kita tahu PP. Nurul Jadid Paiton yang didirikan beliau jumlah santrinya terus bertambah hingga kini.

Tadi pagi, melalui lisan Ketua Yayasan KH. Sulhan Hamid Abd Ghani, saya mendengar hal yang hampir sama. Beliau bercerita, tahun 1970-an, KH. Mahmud Kholid Umar, Pendiri PP. Al-Fattah Temboro, Magetan, hendak menuju rumah mertuanya. Waktu itu beliau mengajak pendereknya, H. Abbas, lurah pondok Al-Fattah. Di sebuah kawasan rerimbunan bambu, beliau bilang, "Kang Abbas, kelak di sini sampai sana bakal berdiri lembaga pendidikan. Ini tanah yang bagus dan berkah." 

Puluhan tahun kemudian hari, prediksi Kiai Mahmud terbukti. Di lahan tersebut berdiri lembaga pendidikan, salah satunya STAI MA'ARIF MAGETAN. Kuliah sore, jika pagi ditempati MA Ma'arif Karangrejo. Selemparan baru dari situ berdiri juga MTsN 1 Magetan.

Mata batin ulama saleh yang hatinya bersih bisa mengetahui dan memprediksi lokasi-lokasi yang berkah dan pas dijadikan lembaga pendidikan. Sebagaimana geologis bisa melihat kontur tanah serta kandungan tambang di dalamnya. Sebagaimana Developer bisa secara instingtif melihat potensi persawahan untuk dijadikan lahan perumahan. Demikian juga para ulama dengan ketajaman bashirohnya. Di Gresik, almaghfurlah KH. Mahsun Masyhudi, Pendiri PP. Mambaul Ihsan Banyuurip Ujungpangkah.

Di antara keistimewaan Kiai Mahsun, sebagaimana saya dengar dari beberapa santrinya, adalah ketajaman mata batinnya. Seringkali beliau dimintai petunjuk lahan mana yang cocok untuk pondok dan lembaga pendidikan, mana yang pas untuk bisnis. Biasanya santri sowan dengan membawa segenggam tanah, lantas oleh beliau ditirakati, apakah tanah dari lahan tersebut cocok untuk pondok atau justru lebih pas untuk dibangun toko di atasnya. Ilmu ini sudah langka dan jarang yang menguasainya, dan Kiai Mahsun adalah salah satu pemilik kemampuan langka ini.

Para leluhur kita memang tidak sembarangan apabila mau mendirikan sebuah lembaga pendidikan. Bukan hanya tinjauan strategis-geografis yang menjadi pertimbangan utama, melainkan pada aspek keberkahan maupun “x factor”. Ada tanah yang strategis jika ditinjau dari aspek geografis-politis, namun ternyata dianggap tidak membawa keberkahan apabila di atasnya didirikan lembaga pendidikan. Mereka yang memiliki ketajaman mata batin biasanya yang bisa melihat di manakah tanah yang memiliki keberkahan untuk didirikan sebuah lembaga pendidikan.

Dalam istilah yang khas, disebut sebagai tanah yang “hangat dan wangi”. Sebab, hal ini bakal mempengaruhi tingkat kebetahan para santri yang tinggal di dalamnya, keamanan, keayeman masyarakat di sekelilingnya, dan hawa nyaman yang meliputinya. 

Ramadan silam, saya sowan ke KH. Malthuf Siroj, Pengasuh PP. Jalaluddin Rumi, Jatisari, Jenggawah, Jember. Kebetulan, saya diminta ngisi Nuzulul Qur'an di situ. Ayah Gus @Fayyadl dan mertua Gus Muhammad Al-Faiz ini bercerita ada kiai yang puluhan tahun silam berkata jika di lokasi tersebut kelak bakal berdiri sebuah pesantren. Kiai tersebut berkata ke warga Jatisari lantaran pernah melihat cahaya yang mencorong seperti lampu sokle/sorot langit, padahal di situ masih lahan persawahan. 

Kemampuan istimewa yang dimiliki oleh para pendahulu. Orang-orang saleh dengan keistimewaan yang keren.
Wallahu A'lam Bishshawab


Terimakasih Ketua STAI MA'ARIF Magetan, Gus  Muhammad Luthvi Al Hasyimi  atas traktirannya di Ayam Bakar Bu Setu yang legendaris, juga atas hadiah buku karyanya, dan juga atas MoU STAI MA'ARIF Magetan dengan INAIFAS Kencong Jember. 
Terimakasih juga kepada Bu Hernik, Bu Fitri, Bu Ulfa, Mas Ghufron, Mas Budi, dan Mas Maulana. Juga Mas Yusuf dan Mas Faiz yang sudah mengantar saya.
Sehat selalu dan semoga selalu menebar manfaat, para sahabatku....

jangan lupa kunjungi katalog buku penerbit imtiyaz http://www.penerbitimtiyaz.com/ untuk order buku silahkan ke nomor 085645311110 Rijal Mumazziq Z

Post a Comment for "Pandangan Batin Ulama itu Melampaui Zaman"